Kamis, 06 Juni 2013

TELADAN: KRITIK IBNU TAIMIYAH TERHADAP SULTAN


Kritik Ibnu Taimiyah terhadap Sultan

Pada tahun 698 H, Sultan Gazan, penguasa ke empat dari keturunan penguasa Tartar yang penganut agama Islam, mengerahkan pasukannya dari wilayah Iran menuju kota Halab (di kawasan Syam). Setibanya di tempat bernama Wadi Salmiyah, pasukannya bertemu dengan bala tentara Nashir ibnu Gulawun. Ke dua pasukan besar itu terlibat pertempuran dahsyat. Pasukan Sultan Gazan berhasil memukul mundur  pasukan Nashir ibn Gulawun hingga ia melarikan diri ke wilayah Mesir. Kota Damaskuspun ditinggalkan oleh para penguasa sebelumnya.

Ibn Taimiyah yang tinggal di Damaskus, berinisiatif untuk mengumpulkan tokoh-tokoh masyarakat yang bertahan di kota Damaskus. Pertemuan menghasilkan kesepakatan untuk mengirimkan utusan menghadap Sultan Gazan. Ibn Taimiyah ditunjuk menjadi pimpinan utusan tersebut.
Sesampainya di tempat Sultan Gazan, ibn Taimiyah langsung berkata kepada Sultan, “Anda Bergama Islam dan mengaku bahwa dalam pemerintahan Anda ada Qadhi (Hakim), para Imam, Syaikh, muazin, dan sebagainya. Akan tetapi, mengapa Anda mnyerbu wilayah kami? Untuk apa? Sedangkan kakek dan ayah Anda yang beragama Nasrani saja tidak pernah berkhianat. Bukankah sudah ada perjanjian untuk tidak saling menyerang? Sayang, Anda mengkhianati dan menginjak-injak perjanjian tersebut.”
Sultan Gazan kemudian mengajak rombongan itu makan bersama, namun Ibn Taimiyah menolak ajakan tersebut, sehingga Sultan Gazan bertanya, “Mengapa Anda tidak mau makan bersama kami?”
Ibn Taimiyah menjawab, “Haruskan saya memakan hasil rampasan? Kambing yang Anda sembelih adalah kambing milik penduduk. Anda pun memasaknya dengan potongan kayu yang berasal dari pepohonan milik penduduk.”

Mendengar penuturan Ibn Taimiyah, Sultan Gazanpun tertunduk malu. Diam-diam, ia merasa terharu, dan muncul perasaan kagum pada dirinya, sehingga ia bertanya kepada pengawalnya, “Siapa gerangan orang tua ini? Sungguh, aku belum pernah melihat orang seberani dia. Aku tertarik kepadanya dan belum pernah aku tunduk terhadap orang lain seperti ini.”

Ibn Taimiyah kemudian memperkenalkan dirinya kepada Gazan. Gazan pun meminta Ibn Taimiyah mendoakannya. Imam Ibn Taimiyah lalu menengadahkan tagannya seraya berdoa, “Ya Allah, jika hamba-Mu ini benar-benar berperang untuk meninggikan kalimat-Mu dan dalam rangka menegakkan agama-Mu, maka berikanlah pertolongan dan kemenangan baginya; berilah dia kekuasaan untuk memimpin Negara dan umat ini. Akan tetapi, jika dia berperang hanya untuk menambah kebesarannya, untuk memperoleh dunia, merendahkan Islam dan Umatnya, maka binasakanlah dia dan hancurkan kekuasaannya”
Sultan Gazan yang mendengar doa Ibn Taimiyah dengan khusyuk mengaminkannya dengan penuh harapan.
Adakah saat ini ulama-ulama kaum Muslim yang berani melakukan koreksi dan kritikannya setajam Ibn Taimiyah

0 komentar:

Posting Komentar

 
Template designed using TrixTG