Selasa, 11 Juni 2013

GORESAN KECIL DI ATAS KANVAS: SAHABAT


SAHABAT

Setiap insan takkan pernah dapat hidup sendiri, meskipun ia orang kuat, cerdas, berkuasa, ataupun ia sekaliber generasi sahabat. Begitupun Rasulullah SAW semasa hidupnya hingga akhir hayatnya aka nada teman-teman setia yang selalu bersedia menemaninyadalam senang maupun susah. Hal ini dapat dilihat saat terjadi Perang Uhud, sebagaimana yang diceritakan oleh Anas ra, ia berkata :

“Ketika Perang Uhud kaum muslimin berlarian meninggalkan Nabi SAW. Abu Thalhah sedang berada di depan Nabi SAW, melindungi beliau dengan perisainya. Pada saat itu ia mampu menangkis dua atau tiga busur panah. Kemudian ada seorang lelaki yang lewat. Ia membawa setumpuk tombak kemudian berkata, “Aku akan menebarkannya untuk Abu Thalhah”. Kemudian Nabi SAW beralih ke pinggirmelihat orang-orang. Maka Abu Thalhah berkata, “Ya Nabiyullah, demi bapak dan ibuku, Engkau jangan minggir, nanti panah orang-orang akan mengenaimu. Biarkan aku yang berkorban jangan Engkau…”. (HR. Mutafaq Alaih)

Dalam riwayat lain Qais berkata :

“Aku melihat tangan Abu Thalhah menjadi lumpuh, karena dengan tanganya itulah ia telah menjaga Nabi SAW, pada saat Perang Uhud.” (HR. al-Bukhari).

Begitupun dengan manisnya persahabatan yang dilakukan oleh Abu Bakar ra kepada Rasulullah SAW, sebagaimana yang dikatakan Muhammad bin Sirin :

 “…Sungguh Rasulullah telah pergi ke gua Tsur disertai Abu Bakar. Abu Bakar terkadang berjalan di depan Beliau dan terkadang berjalan di belakang Beliau. Hingaa hal itu membuat Rasulullah penasaran, Beliaupun berkata, “Wahai Abu Bakar! Kenapa Engkau terkadang berjalan di depanku dan terkadang di belakangku?” Abu Bakar berkata, “Jika aku ingat orang-orang yang mengejarmu, maka aku berjalan di belakangmu, dan jika aku ingat orang-orang yang mengintaimu, maka aku berjalan di depanmu.” Wahai Abu Bakar, jika terjadi sesuatu, apakah engkau suka hal itu menimpamu dan tidak menimpaku? Abu Bakar menjawab, “Benar, demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak, jika ada suatu perkara yang menyakitkan, maka aku lebih suka hal itu menimpaku dan tidak menimpamu.” Ketika keduanya telah sampai di Gua Tsur, Abu Bakar berkata, “Tunggu sebentar di tempatmu wahai Rasulullah, hingga aku membersihkan gua untukmu.” Kemudian Abu Bakarpun masuk gua dan ia membersihkan (dai segala halyang akan mengganggu). Ketika ia ada di atas gua, ia ingat belum membersihkan sebuah lubang, kemudian ia berkata, “Wahai Rasulullah tetap di ttempatmu! Aku akan membersihkan sebuah lubang.” Maka iapun masuk gua dan membersihkan lubang itu. Kemudian berkata, “Silahkan turun wahai Rasulullah SAW,” maka Rasulpun turun. Umar berkata, “Demi Allah, sungguh malam itu lebih utama dari pada keluarga Umar.” (HR. al-Hakim dari al-Mustadrak).

Cerita di atas menunjukkan betapa penting dan berartinya seorang sahabat. Bahwa sahabat, akan selalu ada saat kamu membutuhkannya. Sahabat, akan selalu mengerti perasaanmu hingga ia bisa merasakan kepedihanmu dan akan berusaha untuk menghiburmu. Sahabat, akan selalu menggoreskan warna di atas kanvas sahabatnya hingga setiap warna yang ia lukiskan menggambarkan tiap bait kebaikan, kesalahan dan kelalaianmu. Karena ia akan selalu mengingatkanmu saat kau lupa, menegurmu ketika kau salah dan menuntunmu ketika kau tersesat. Hingga, warnanya kan membaur dalam kanvas hidupmu.

Seorang sahabat tidak akan pernah sekalipun menghinamu, karena ia akan selalu menghargai setiap kelebihan dan kekuranganmu. Hingga ia tidak akan keberatan menyediakan bahunya sebagai tempatmu menangis, dan ia adalah orang pertama yang akan mensupportmu, serta memberikan selamat atas kesuksesanmu, tanpa berharap imbalan sedikitpun.

Seorang sahabat adalah orang yang akan merasa lebih bahagia atas kebahagiaanmu, dan ialah orang yang akan merasa paling sakit saat kamu menderita. Hingga, tanpa diminta ia akan rela mengulurkan kedua tangannya saat kamu terpuruk dalam lubang derita, dan ia akan rela berbagi suka duka dengan sahabatnya, meski dengan begitu ia harus berkorban untuk kebahagiaan sahabatnya.

Jika kamu belum menemukannya maka, carilah ia! Karena sahabat, bukan hanya dikenali lewat namanya, alamat, nomor telpon ataupun hobinya. Sahabat, juga bukanlah orang yang slalu kita temui dan bertegur sapa dengan kita. Sahabat bukan pula orang yang akan berpaling darimu saat semua orang meninggalkanmu, karena sahabat akan selalu ada dan percaya padamu.

Carilah ia karena kamu membutuhkannya. Namun, jika kamu belum menemukannya. Cobalah jujur dengan dirimu sendiri, sudahkah kamu menjadi sahabat terbaik untuk orang-orang yang ada di sekelilingmu. Karena sahabat bukanlah orang yang selalu meminta, tapi ia akan selalu berbagi dengan sahabatnya, dan berlomba-lomba berbuat yang terbaik untuk sahabatnya. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda :

“Sebaik-baik sahabat di sisi Allah, adalah mereka yang paling baik terhadap sahabatnya…” (HR. Ibnu Huzaimah dan Ibnu Hibban)

Namun, jika kamu telah melakukannya dan memberikan yang terbaik untuknya. Itu artinya, ia hanyalah teman biasa. Teman biasa ang hanya mengenalmu, sering bertemu denganmu, bercanda dan ngobrol denganmu. Namun, ia tidak perduli dengan resahmu, dan sedihmu. Ia hanya ada untukmu saat ia membutuhkanmu, dan ia hanya perduli tentang dirinya bukan tentang kita. Jikalau demikian, tetaplah menjadi teman terbaiknya. Tetaplah menegurnya saat ia lupa, mengingatkannya saat ia salah, dan doakan ia agar selalu berada dalam jalan dan lindungan-Nya.

Jika kamu telah menemukannya. Maka, cintailah ia! Kamu mencintainya bukan karena kamu telah jatuh cinta padanya. Tapi, karena dalam setiap detak jantung dan hembusan napasmu akan terukir namanya, dalam setiap mimpi dan ingatanmu akan terlukis wajahnya, dan dalam setiap bait kehidupanmu kamu akan selalu merindukannya. Karena ia adalah ‘mutiara’ yang berada di dasar samudra, hingga saat ia terlepas dalam genggammu, kamu akan merasa seperti kehilangan separuh jiwamu. Karena ia ‘sangatlah berharga’.

Sekalipun jalan kehidupan yang dilalui penuh duri. Semuanya seakan tiada arti saat kamu menemukan sahabat sejati. Sahabat-sahabat itulah yang akan selalu mewarnai kehidupanmu dan merekalah yang akan selalu menggoreskan warna di atas kanvas sahabatnya, hingga warna itu akan menjadi warna-warni terindah dalam hidupmu seperti indahnya pelangi di hatiku.

“Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah selamanya, kecuali yang paling utama dari keduanya adalah yang paling besar kecintaannya kepada sahabatnya.” 
(HR. Ibnu Abdil Bar di dalam at-Tamhid, al-Hakim di dalam al-Mustadrak, dan Ibnu Hibban di dalam Shahihnya).

0 komentar:

Posting Komentar

 
Template designed using TrixTG