Keberanian Anak Kecil Di Hadapan AMIRUL MUKMININ
Pada waktu ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz terpilih
menjadi Khalifah, berdatanganlah berbagai utusan dari seluruh pelosok negeri
untuk menyatakan baiat taat. Di antara rombongan itu terdapat utusan dari Hijaz
yang membawa seorang anak remaja. Dengan penuh keberanian, remaja itu tampil di
hadapan ‘Umar untuk berbicara. Namun ‘Umar menghendaki agar yang berbicara
adalah orang yang lebih tua. Segera anak itu berkata, “Sesungguhnya nilai
seseorang ditentukan oleh hati dan lisannya. Bila Allah sudah berkenan
memberikan kepada seseorang hati yang bersih dan lisan yang fasih, maka dialah
yang patut berbicara. Orang yang mulia seharusnya mau menerima dan mendengarkan
nasihat dari siapapun datangnya. Suatu kedudukan yang terhormat tidak ditentukan oleh usia.
Seandainya hal itu ditentukan oleh usia, maka diantara sekian banyak umat
Islam, masih banyak orang yang usianya lebih tua ketimbang Anda.”
Umar berkata, “Sungguh benar apa yang engkau katakana.
Bicaralah dan curahkanlah isi hatimu.”
Anak itu berkata lagi, “Kami adalah rombongan kebaikan,
bukan rombongan kejahatan. Kami dating dari tempat yang jauh untuk menyampaikan
baiat kepada Anda, karena Allah telah memilih Anda sebagai pemimpin kami.
Kedatangan kami karena didorong kerinduan, bukan ketakutan kepada Anda. Kami
menempuh jalan berpasir dan berbatu. Siang hari kami dibakar terik matahari dan
malam hari kami menggigil kedinginan seraya naik turun lembah. Itulah bukti
kerinduang kami kepada Anda sebagai orang yang adil dan bijaksana. Kami merasa
aman di bawah naungan kekuasaan Anda. Itulah yang menjadikan kami tidak takut.”
‘Umar (dengan rasa haru) berkata,
“Anak kecil, kalau begitu, berilah aku nasihat.”
Anak itu kemudian melanjutkan kata-katanya, “Semoga Allah
mencurahkan rahmat-Nya kepada Anda. Banyak manusia yang mengabaikan pengampunan
Allah, sehingga dia tenggelam dalam angan-angan hampa yang berkepanjangan.
Mereka merasa bangga dengan banyaknya pujian yang ditujukan pada dirinya,
hingga mereka tidak sadar, bahwa kaki mereka sudah berada di tepi jurang
jahannam. Janganlah Anda tenggelam bersama angan-angan semacam ini, dan jangan
pula Anda terpesona dengan segala bentuk pujian. Kelak, Anda akan binasa
bersama mereka di saat penyesalan tidak berguna lagi. Semoga tidak demikian
dengan diri Anda. Ikutilah jejak langkah para pendahulu Anda yang salih dan
slalu bertakwa kepada Allah. Disitulah letaknya keselamatan dunia dan akhirat.”
‘Umar lantas menoleh kepada orang-orang disekelilingnya
seraya bertanya, “Berapa usia anak ini?”
Seseorang menjawab, “Dia baru berusia sebelas tahun, Amirul
Mukminin.”
‘Umar bertanya lagi, “Anak siapakah ia dan dari suku mana?”
Seseorang menjawab, “Dia adalah putra Husayn ibn ‘Ali ibn
Abi Thalib.”
Dengan rasa haru, ‘Umar berkata, “Tidak salah, jika seekor
singa akan melahirkan singa pula.” []
“Teladan, Al-Wa’ie No.
06 Tahun I, 1-28 Februari 2001
0 komentar:
Posting Komentar